IDI Rekomendasikan Sekolah Tatap Muka Ditunda

 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar mendesak agar pembelajaran tatap muka dilakukan secara cermat meskipun guru sudah divaksinasi.

 

Ketua IDI Kota Makassar, Dr Siswanto Wahab Sp. KK melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa, menyatakan bahwa persiapan pelaksanaan pembelajaran tatap muka idealnya tidak hanya mengandalkan vaksinasi guru tetapi juga vaksinasi siswa.
 
"Siapa yang bertanggungjawab jika anak tertular covid-19 atau meninggal karena covid-19? Guru dan siswa harus divaksinasi sebelum pembelajaran tatap muka dilakukan," tegasnya. Jika vaksinasi belum dilakukan, maka IDI Makassar tidak menyetujui pembelajaran sekolah tatap muka, baik secara terbatas maupun tidak terbatas.
 
Dokter menegaskan bahwa interaksi di sekolah kemungkinan bisa menjadi penyebab penularan di antara siswa, dan penyakit itu juga bisa menyebar dari anak-anak yang bersekolah hingga mereka kembali ke rumah.
 
“Ada (sebagian siswa) yang naik kendaraan umum. Saat sampai di sekolah pasti terjadi interaksi antar siswa yang bisa memicu penularan penyakit jika siswa belum divaksin,” jelasnya.
 
Semua yang hadir di sekolah, mulai dari guru hingga siswa dan staf, menghadapi risiko yang sama untuk tertular dan menularkan Covid-19. Karena itu, IDI optimistis semua yang ada di sekolah akan divaksinasi.
 
Lebih lanjut, penyebaran covid-19 di sekolah tidak dapat diatasi hanya dengan vaksinasi. Sekolah juga harus memastikan seluruh warga tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan 5M pakai masker, cuci tangan, menjaga jarak, menghindari keramaian, dan membatasi mobilisasi.
 
Selain itu, orang tua harus menyiapkan fasilitas penunjang penunjang kesehatan anak, seperti masker, persediaan makanan dan air minum, hand sanitizer, serta memastikan kendaraan mereka steril dan bebas dari penularan COVID-19.
 
Bahkan, ia mencatat bahwa orang dewasa seringkali terus melanggar protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Oleh karena itu, ia menilai anak-anak masih kesulitan menerapkan protokol kesehatan karena cenderung berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya.
 
Oleh karena itu, IDI Makassar merekomendasikan agar pemerintah fokus pada pengendalian penularan COVID-19 dengan meningkatkan pengujian dan penelusuran untuk mencegah dan mengurangi jumlah penderita COVID-19, baik yang bergejala maupun tanpa gejala.
 
“Idealnya di Sulsel sebanyak 1.200-1.300 pemeriksaan swab/PCR per hari selain tes yang dilakukan pada pasien Covid-19,” katanya.
 
Selain itu, dokter juga menyoroti tiga hal penting yang harus diperhatikan untuk menjamin masa depan anak: hak anak untuk hidup, sehat, dan mendapatkan pendidikan.